Silahkan klik link berikut ini
http://www.4shared.com/photo/rNLdZKrmba/BwftP.html
Kamis, 16 Januari 2014
Tori Post Freudian
Eric Erisson
Ego Dalam Post Freudian
Erikson yakin bahwa ego kita merupakan kekuatan positif yang menciptakan identitas diri, sebuah pengertian tentang “aku”. Selama masa kanak-kanak ego lemah, fleksibel, dan rapuh. Tetapi, pada masa remaja dia harus mengambil bentuk tertentu dan memperoleh kekuatannya. Diseluruh hidup fase kita, ego menetukan kepribadian dan menjaga kita dari ketercabikan. Erikson melihat ego sebagai badan pengorganisasian yang sebagian bekerja bawah sadar untuk mensitesiskan pengalaman kita dimasa kini dengan identitas diri di masa lalu dan gambaran diri di ke depan.
Erikson (1968) mengidentifikasikan tiga aspek ego:
1. ego tubuh
2. ideal ego
3. identitas ego
Ego tubuh (body ego) mengaku pada pengalaman dengan tubuh kita sebuah cara melihat dari fisik kita sebagai hal yang berbeda dari milik orang lain.
Ideal ego (ego ideal) mempresentasikan imaji-imaji yang kita miliki tentang diri sendiri. Jika dibandingkan dengan gambar ideal ego yang lain.
Identitas-ego (ego identity) adalah imaji yang kita miliki tentang diri kita diberagam peran sosial yang kita mainkan. Perubahan-perubahan didalam ego-tubuh, ideal-ego, dan identitas-ego dapat dan selalu terjadi disetiap tahap kehidupan.
Prinsip Epigenetik
Eric Erisson
Lahir pada 15 juni 1902 di Jerman Selatan.
Erikson dibesarkan oleh ibu kandung dan ayah tirinya. Namun, saat itu ia belum mengetahui jati diri ayah kandungnya. Setelah hampir 7 tahun ia berpetualang dan menyelidiki ia kembali pulang ke rumah dengan penuh kebingungan, kelelahan, dan depresi. Ketika ia tinggal di Wina, ia menikah dengan gadis berkebangsaan Kanada yang bernama Joan Serson yang juga menjalani analisis dengan latar belakang psikoanalitik dan kemampuannya berbahasa inggris. Erison memiliki 4 anak. Ketika ia berbohong kepada ketiga anaknya yang mengatakan bahwa anaknya Neil sudah meninggal dunia, Erikson
sudah melanggar prinsip ajarannya sendiri “jangan berbohong kepada mereka yang harusnya kamu rawat” dan “jangan membuat keluarga bertengkar satu sama lain”. Ketika ia pindah ke
California, Erikson secara bertahap mengembangkan sebuah teori kepribadian yang berbeda dari Freud. Pada tahun 1950,
Erikson menerbitkan
Childhood and Society.
Ego Dalam Post Freudian
Erikson yakin bahwa ego kita merupakan kekuatan positif yang menciptakan identitas diri, sebuah pengertian tentang “aku”. Selama masa kanak-kanak ego lemah, fleksibel, dan rapuh. Tetapi, pada masa remaja dia harus mengambil bentuk tertentu dan memperoleh kekuatannya. Diseluruh hidup fase kita, ego menetukan kepribadian dan menjaga kita dari ketercabikan. Erikson melihat ego sebagai badan pengorganisasian yang sebagian bekerja bawah sadar untuk mensitesiskan pengalaman kita dimasa kini dengan identitas diri di masa lalu dan gambaran diri di ke depan.
Erikson (1968) mengidentifikasikan tiga aspek ego:
1. ego tubuh
2. ideal ego
3. identitas ego
Ego tubuh (body ego) mengaku pada pengalaman dengan tubuh kita sebuah cara melihat dari fisik kita sebagai hal yang berbeda dari milik orang lain.
Ideal ego (ego ideal) mempresentasikan imaji-imaji yang kita miliki tentang diri sendiri. Jika dibandingkan dengan gambar ideal ego yang lain.
Identitas-ego (ego identity) adalah imaji yang kita miliki tentang diri kita diberagam peran sosial yang kita mainkan. Perubahan-perubahan didalam ego-tubuh, ideal-ego, dan identitas-ego dapat dan selalu terjadi disetiap tahap kehidupan.
Prinsip Epigenetik
Erikson percaya bahwa ego berkembang di beragam tahap kehidupan menurut prinsip epigenetik, sebuah istilah yang dipinjamnya dari embriologi. Perkembangan epigenetik menghasilkan pertumbuhan
organ-organ bayi tahap-demi-tahap. Dengan cara yang sama, ego mengikuti jalan perkembangan epigenetik, dimana setiap tahapannya berkembang pada waktu yang tepat.
Erikson (1968) melukiskan prinsip epigenetik dengan menyatakan “apapun yang tumbuh memiliki sebuah rancangan dasar, dan dari rancangan dasar ini setiap rancangan partikuler muncul, dimana setiap bagiannya memiliki waktu khusus untuk muncul, sampai kemudian semua bagiannya muncul untuk mmbentuk sebuah keseluruhan yang berfungsi ”. Ringkasnya, “epigenesis berarti bahwa sebuah karakteristik berkembang diatas karakteristik lain dalam alur ruang dan waktu”.
Kamis, 09 Januari 2014
TEORI EKSISTENSIAL – HUMANISTIK
Teori dan Pendekatan Konseling
Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia.
Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang
menekankan pada pemahaman atas manusia. Terapi
eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa
lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan
dan tanggung jawab berkaitan. Pendekatan Eksisteneial-Humanistik
dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik
yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan ini Berfokus pada sifat dari kondisi
manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk
menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu
unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada
sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian,
dan kecenderungan mengaktualkan diri.
HAKIKAT MANUSIA
Pendekatan eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi
manusia.Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada suatu
pemahaman atas manusia. Ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial,
yaitu ;
a. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
b. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
c.
Penciptaan
makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.
PERKEMBANGAN PERILAKU
1) Prinsip holistik
Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai
kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda.
Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan,
dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain
2) Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan
pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sada, bebas memilih atau
menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang
bebas dan bertanggung jawab.
3) Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses
untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming).Namun
demikian perubahan tersebut membutuhkan persyaratan, yaitu adanya lingkungan
yang bersifat mendukung.
4) Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan
terorganisasi.
5) Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau
tepatnya netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil
atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
6) Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia
kepada pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan atau
keistimewaan dalam bidang tertentu.
7) Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup
manusia.
8) Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara
hirarki dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004)
a. kebutuhan-kebutuhan
fisiologis (the physiological needs)
b. kebutuhan
akan rasa aman (the safety and security needs)
c. kebutuhan
akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs)
d. kebutuhan
akan harga diri (the esteem needs)
e. kebutuhan
akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)
2. Pribadi sehat dan bermasalah
a. Pribadi sehat
Pribadi yang
sehat menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu mampu memfungsikan
dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran bisa berfungsi
secara penuh.
b. Pribadi bermasalah
Pribadi yang bermasalah
menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu tidak mampu memfungsikan
dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran tidak berfungsi
secara penuh. Diantaranya ; inkongruen, negatif, tidak dapat dipercaya, tidak
dapat memahami diri sendiri, bermusuhan dan kurang produktif.
Langganan:
Postingan (Atom)
Total Tayangan Halaman
nail art
Silahkan klik link berikut ini
http://www.4shared.com/photo/rNLdZKrmba/BwftP.html
17.13 | | 0 Comments
Tori Post Freudian
Eric Erisson
Lahir pada 15 juni 1902 di Jerman Selatan.
Erikson dibesarkan oleh ibu kandung dan ayah tirinya. Namun, saat itu ia belum mengetahui jati diri ayah kandungnya. Setelah hampir 7 tahun ia berpetualang dan menyelidiki ia kembali pulang ke rumah dengan penuh kebingungan, kelelahan, dan depresi. Ketika ia tinggal di Wina, ia menikah dengan gadis berkebangsaan Kanada yang bernama Joan Serson yang juga menjalani analisis dengan latar belakang psikoanalitik dan kemampuannya berbahasa inggris. Erison memiliki 4 anak. Ketika ia berbohong kepada ketiga anaknya yang mengatakan bahwa anaknya Neil sudah meninggal dunia, Erikson
sudah melanggar prinsip ajarannya sendiri “jangan berbohong kepada mereka yang harusnya kamu rawat” dan “jangan membuat keluarga bertengkar satu sama lain”. Ketika ia pindah ke
California, Erikson secara bertahap mengembangkan sebuah teori kepribadian yang berbeda dari Freud. Pada tahun 1950,
Erikson menerbitkan
Childhood and Society.
Ego Dalam Post Freudian
Erikson yakin bahwa ego kita merupakan kekuatan positif yang menciptakan identitas diri, sebuah pengertian tentang “aku”. Selama masa kanak-kanak ego lemah, fleksibel, dan rapuh. Tetapi, pada masa remaja dia harus mengambil bentuk tertentu dan memperoleh kekuatannya. Diseluruh hidup fase kita, ego menetukan kepribadian dan menjaga kita dari ketercabikan. Erikson melihat ego sebagai badan pengorganisasian yang sebagian bekerja bawah sadar untuk mensitesiskan pengalaman kita dimasa kini dengan identitas diri di masa lalu dan gambaran diri di ke depan.
Erikson (1968) mengidentifikasikan tiga aspek ego:
1. ego tubuh
2. ideal ego
3. identitas ego
Ego tubuh (body ego) mengaku pada pengalaman dengan tubuh kita sebuah cara melihat dari fisik kita sebagai hal yang berbeda dari milik orang lain.
Ideal ego (ego ideal) mempresentasikan imaji-imaji yang kita miliki tentang diri sendiri. Jika dibandingkan dengan gambar ideal ego yang lain.
Identitas-ego (ego identity) adalah imaji yang kita miliki tentang diri kita diberagam peran sosial yang kita mainkan. Perubahan-perubahan didalam ego-tubuh, ideal-ego, dan identitas-ego dapat dan selalu terjadi disetiap tahap kehidupan.
Prinsip Epigenetik
Erikson percaya bahwa ego berkembang di beragam tahap kehidupan menurut prinsip epigenetik, sebuah istilah yang dipinjamnya dari embriologi. Perkembangan epigenetik menghasilkan pertumbuhan
organ-organ bayi tahap-demi-tahap. Dengan cara yang sama, ego mengikuti jalan perkembangan epigenetik, dimana setiap tahapannya berkembang pada waktu yang tepat.
Erikson (1968) melukiskan prinsip epigenetik dengan menyatakan “apapun yang tumbuh memiliki sebuah rancangan dasar, dan dari rancangan dasar ini setiap rancangan partikuler muncul, dimana setiap bagiannya memiliki waktu khusus untuk muncul, sampai kemudian semua bagiannya muncul untuk mmbentuk sebuah keseluruhan yang berfungsi ”. Ringkasnya, “epigenesis berarti bahwa sebuah karakteristik berkembang diatas karakteristik lain dalam alur ruang dan waktu”.
17.12 | | 0 Comments
TEORI EKSISTENSIAL – HUMANISTIK
Teori dan Pendekatan Konseling
Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia.
Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang
menekankan pada pemahaman atas manusia. Terapi
eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa
lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan
dan tanggung jawab berkaitan. Pendekatan Eksisteneial-Humanistik
dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik
yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan ini Berfokus pada sifat dari kondisi
manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk
menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu
unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada
sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian,
dan kecenderungan mengaktualkan diri.
HAKIKAT MANUSIA
Pendekatan eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi
manusia.Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada suatu
pemahaman atas manusia. Ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial,
yaitu ;
a. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
b. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia.
c.
Penciptaan
makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.
PERKEMBANGAN PERILAKU
1) Prinsip holistik
Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai
kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda.
Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan,
dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain
2) Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan
pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sada, bebas memilih atau
menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang
bebas dan bertanggung jawab.
3) Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses
untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming).Namun
demikian perubahan tersebut membutuhkan persyaratan, yaitu adanya lingkungan
yang bersifat mendukung.
4) Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan
terorganisasi.
5) Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau
tepatnya netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil
atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
6) Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia
kepada pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan atau
keistimewaan dalam bidang tertentu.
7) Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup
manusia.
8) Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara
hirarki dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004)
a. kebutuhan-kebutuhan
fisiologis (the physiological needs)
b. kebutuhan
akan rasa aman (the safety and security needs)
c. kebutuhan
akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs)
d. kebutuhan
akan harga diri (the esteem needs)
e. kebutuhan
akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)
2. Pribadi sehat dan bermasalah
a. Pribadi sehat
Pribadi yang
sehat menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu mampu memfungsikan
dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran bisa berfungsi
secara penuh.
b. Pribadi bermasalah
Pribadi yang bermasalah
menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu tidak mampu memfungsikan
dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran tidak berfungsi
secara penuh. Diantaranya ; inkongruen, negatif, tidak dapat dipercaya, tidak
dapat memahami diri sendiri, bermusuhan dan kurang produktif.
17.59 | | 0 Comments
Langganan:
Postingan (Atom)